Unisda-Konsep TPS unik dan menarik strategi jitu turunkan angka golput
Pemilu raya membutuhkan partisipasi aktif dari semua mahasiswa fakultas pertanian untuk bersama-sama membangun fakultas menjadi lebih baik dan demokratis. Oleh karena itu, partai mahasiswa (parmas) memiliki peran strategis untuk mendorong partisipasi rakyat dalam pemilu. Apabila parmas mampu menyuarakan hati nurani rakyat maka pemilu akan menjadi pesta demokrasi yang dinanti-nantikan rakyat untuk terciptanya perubahan yang lebih baik dengan cara damai.
Menjelang Pemilu raya fakultas pertanian 2013, sebagaimana pemilu sebelumnya, kekhawatiran terhadap membengkaknya golongan putih atau golput masih saja ada. Bahkan, kekhawatiran itu makin kuat. Hal itu wajar saja meskipun Pemilu 2012 berjalan baik, menjadi kebanggaan rakyat pertanian serta dipuji fakultas-fakultas lain.
Pemilu 2012 sesungguhnya dimenangi oleh golput. Pada saat itu jumlah golput tercatat sekitar 34 juta orang, Riyan Aris Suphelow, pemenang pemilu saat itu, hanya mendapatkan suara 33 juta, masih di bawah angka golput. Golput juga terjadi dibeberapa fakultas lain yang melaksanakan pemilu raya di ekonomi tingkat golput mencapai 85 % dan sangat ironis, FAI angka golput mencapai 35%, dan beberapa fakultas yang lain angka golput tidak jauh berbeda.
Ditemukannya selebaran-selebaran untuk mendukung golput pada Pemilu raya fakultas pertanian tentu saja bisa menggelembungkan golput. Selebaran-selebaran itu bisa jadi akan lebih banyak beredar pada masa kampanye Pemilu 2013 yang dimulai 08 Juni 2013, sekaligus juga bisa mempengaruhi sukses tidaknya pemilu. Oleh karena itu, kita membutuhkan cara cerdas menurunkan angka golput.
Fenomena golput bukan hal baru. Itu sudah ada sejak pemilu pertama di fakultas ini, yakni 2006. Pada masa itu, golput diartikan sebagai akibat ketidaktahuan mahasiswa tentang pemilu, biasanya mereka tidak datang ke tempat pemungutan suara. Namun, untuk menentukan angka golput tidak mudah, karena biasanya, suara tidak sah juga dikelompokkan sebagai golput.
Pada era Orde Baru golput lebih diartikan sebagai sebuah gerakan moral, sebagai tindakan protes terhadap sistem yang diterapkan saat itu.
Sebab atau Akibat
Hak dalam ilmu hukum adalah peranan seseorang yang mempunyai sifat fakultatif. Artinya boleh dilaksanakan boleh juga tidak dilaksanakan (lihat, Ensiklopedi Nasional Indonesia). Untuk melaksanakan hak ini maka kepada individu diberikan perlindungan agar setiap individu bebas untuk melaksanakan haknya atau tidak.
Jika kita kaitkan dengan "hak memilih" maka itu berarti setiap individu bebas untuk memilih atau tidak memilih. Setiap individu bebas untuk memilih partai apa yang dia dambakan dan bebas untuk tidak memilih satu pun partai.
Tepatlah apa yang pernah dikatakan oleh Nurcholis Madjid, kalau golput betul-betul dilarang itu melanggar demokrasi karena tidak memilih itu hak setiap orang. Pemilu itu bukan kewajiban. Memang di Australia pemilu adalah kewajiban, tapi banyak negara yang tidak mewajibkannya. Misalnya, Amerika serikat, demikian juga dengan Indonesia.
Berdasarkan fenomena kehadiran golput dan konsepsi dari hak, dapat dipahami bahwa golput adalah akibat bukan sebab.
Mengingat golput adalah akibat bukan sebab, maka jalan mudah untuk menekan angka golput bukan mendiskreditkannya. Apalagi menganggapnya sebagai sumber kekacauan, karena golput pada awal kehadirannya di fakultas ini adalah sebuah gerakan moral.
Yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai orang menjadi golput karena paksaan. Itu merupakan pelanggaran dan bisa dikategorikan sebagai usaha untuk menggagalkan pemilu.
Menganjurkan golput atau mengkondisikan seseorang untuk menjadi golput juga sulit dibuktikan.
Melihat beberapa alasan-alasan yang dapat menyebabkan naiknya angka golput, Panpel pemilu raya membuat sebuah terobosan yakni akan mengkonsep tempat pemungutan suara (TPS) unik dan menarik.
"Dengan sebuah konsep TPS unik dan menarik, kami berharap tingkat partisipasi mahasiswa terhadap pemilu raya fakultas pertanian akan meningkat pula. selain itu panitia penyelenggara akan lebih humanis terhadap pemilih" tegas Nazzaruddi Paris selaku ketua KPU.
Konsep unik dan menarik itu diantarnya akan menciptakan konsep TPS seperti taman bermain tempo dulu, dengan tambahan beberapa ornamen dan artistik menarik layaknya kehidupan di masa lalu. Selain dengan konsep tersebut panitia juga membuat sebuah banner besar bertuliskan, "Golput Berarti Belum Siap Berdemokrasi".