Greenhouse Faperta Unisda |
Perubahan iklim yang terjadi saat ini telah membuat para petani
banyak mengalami kerugian. Keadaan cuaca yang tidak menentu menyebabkan
musim tanam dan panen tak menentu pula.Petani sulit untuk melalukan
prediksi cuaca dalam masa tanam. Teknologi greenhouse atau
rumah tanaman merupakan sebuah alternatif solusi untuk mengendalikan
kondisi iklim mikro pada tanaman. Dan keadaan ini sadari betul oleh jajaran Dosen serta mahasiswa FP Unisda maka dibahaslah bagaimana penerapan teknologi greenhouse di daerah iklim tropik seperti Indonesia sebagai upaya pengendalian lingkungan mikro tanaman.
Penggunaan greenhouse dalam budidaya tanaman merupakan salah
satu cara untuk memberikan lingkungan yang lebih mendekati kondisi
optimum bagi pertumbuhan tanaman. Green house dikembangkan pertama kali
dan umum digunakan di kawasan yang beriklim subtropika. Penggunaan greenhouse terutama ditujukan untuk melindungi tanaman dari suhu udara yang terlalu rendah pada musim dingin.
Pada mulanya greenhouse yang dibangun di kawasan subtropika menggunakan kaca sebagai bahan penutup sehingga identik dengan glasshouse atau rumah kaca. Di Indonesia pembangunan greenhouse
juga sering menggunakan kaca sebagai penutup. Saat ini penggunaan kaca
sebagai penutup sudah banyak ditinggalkan, selain biayanya mahal
fungsinya juga sudah tidak relefan lagi. Dekanat
Fakultas Pertanian Unisda dan Dosen yang membidangi laboratorium merancang dan
memperkenalkan greenhouse untuk kawasan iklim tropik dan menyebutnya dengan istilah “rumah tanaman” sebagai terjemahan dari greenhouse.
Cahaya yang dibutuhkan oleh tanaman dapat masuk ke dalam greenhouse
sedangkan tanaman terhindar dari kondisi lingkungan yang tidak
menguntungkan,yaitu suhu udara yang terlalu rendah, curah hujan yang
terlalu tinggi, dan tiupan angin yang terlalu kencang. Di dalam greenhouse,parameter
lingkungan yang berpengaruh terhadap tumbuhan yaitu cahaya matahari,
suhu udara, kelembaban udara, pasokan nutrisi, kecepatan angin, dan
konsentrasi karbondiokasida dapat dikendalikan dengan lebih mudah.
Penggunaan greenhouse memungkinkan dilakukannya modifikasi
lingkungan yang tidak sesuai bagi pertumbuhan tanaman menjadi lebih
mendekati kondisi optimum bagi pertumbuhan tanaman. Struktur greenhouse berinteraksi dengan parameter iklim di sekitar greenhouse dan menciptakan iklim mikro di dalamnya yang berbeda dengan parameter iklim di sekitar greenhouse.
Pembangunan greenhouse di Indonesia yang beriklim tropik seringkali meniru tipe greenhouse dibangun di daerah subtropika. Peniruan ini menyebabkan fungsi greenhouse yang ada di Indonesia tidak berjalan dengan baik. Adaptasi tipe greenhouse untuk wilayah Indonesia sangat diperlukan untuk penyesuaian dengan kondisi iklim di Indonesia.
Di kawasan tropika basah seperti Indonesia greenhouse berfungsi sebagai bangunan perlindungan tanaman. Konsep greenhouse dengan umbrella effect sangat sesuai dengan untuk kondisi iklim di Indonesia. Salah satu adaptasi yang greenhouse
yang di bangun di wilayah iklim tropic yaitu dengan adanya bukaan
ventilasi baik alamiah maupun buatan. Ventilasi ini berfungsi sebagai
penurun suhu di dalam greenhouse. Malaysian Agricultural Research and Development Institute mengembangkan greenhouse tipe Naturally Ventilated Tropical Greenhouse Structure (NVTGS). Strtuktur NTVGS tergolong sederhana, dengan bukaan ventilasi pada hubungan dan dinding. Dinding greenhouse tegak, sedangkan atapnya berbentuk curve.
Herry Suhardiyanto mengembangkan greenhouse tipe modified standard peak greenhouse (MSPG) untuk wilayah Indonesia. Greenhouse ini merupakan modifikasi dari span roof atau standard peak greenhouse.
Modified standard peak greenhouse banyak digunakan
di Indonesia karena sesuai dengan kondisi iklim Indonesia yang memiliki
intensitas radiasi matahari dan curah hujan yang tinggi. Bentuk atap
berundak dengan kemiringan tertentu mempercepat aliran air hujan ke arah
ujung bawah atap. Bentuk atap standar peak dengan kemiringan sudut atap
250 – 300 tergolong optimal dalam mentranmisikan radiasi matahari.
Ventilasi merupakan bagian terpenting dalam rancangan greenhouse untuk wilayah iklim tropik. Ventilasi adalah proses pertukaran udara dari dalam ke luar greenhouse
dan sebaliknya untuk memidahkan panas akibat radiasi matahari, menambah
konsentrasi karbondioksida di udara, dan mencegah kelembaban udara agar
tidak terlalu tinggi. Terdapa dua jenis ventilasi, yaitu ventilasi
alamiah dan ventilasi mekanik. Ventilasi alamiah terjadi karena adanya
perbedaan tekanan di dalam dan di luar tanaman akibat faktor angin dan
termal. Ventalasi mekanik terjadi karena bantuan kipas angin. Luas
ventilasi yang direkomendasikan adalah 60% dari luasan lantai.
Ventilasi alamiah memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan
ventilasi mekanik. Ventalsi alamiah tidak membutuhkan energi listrik,
tidak membutuhkan pemeliharaan, dan tidak mengeluarkan suara berisik
dari putaran kipas. Pengendalian laju ventilasi alamiah dapat dilakukan
dengan pembukaan dan penutupan lubang ventilasi. Pengaturan ventilasi
alamiah agar tetap kontinu lebih sulit dilakukan karena faktor-faktor
yang mempengaruhinya sulit dikendalikan. Faktor-faktor tersebut antara
lain adalah perbedaan suhu udara di dalam dan di luar greenhouse serta arah dan kecepatan angin. Parameter rancangan greenhouse
yang mempunyai pengaruh besar terhadap laju ventilasi alamiah antara
lain adalah luas dan posisi bukaan ventilasi dinding dan atap serta
panjang, lebar, dan tinggi greenhouse.
Bahan penutup untuk greenhouse tropis tidak lagi menggunakan
kaca tetapi menggunakan screen. Screen bisa digunakan untuk menutup
bagian ventali saja atau menutup seluruh struktur bangunan greenhouse. Screen yang digunakan untuk menutup seluruh bagian greenhouse memiliki ukuran mesh yang lebih kecil dibanding dengn screen ventilasi. Greenhouse yang menggunakan screen sebagai penutup disebut juga dengan screenhouse.
Sebuah kesimpulan yang bisa kita ambil bahwasanya keberadaan greenhouse sangat penting bagi mahasiswa FP Unisda guna pengembangan keilmuannya.(chin/red)
0 comments:
Posting Komentar